Minggu, 09 November 2014

Short Story: UNFORGETABLE!



Mataku terus tertuju padamu saat kulihat dirimu TERSENYUM.

Ingin aku menyapa namun ku terdiam tak kulakukan.

Mungkinkah kau pun juga begitu tau kau masih malu

Sungguh ingin ku sapa namun ku terdiam tak ku lakukan.

Bait pertama lagu Maliq D’essential ini lah yang bisa melukiskan sebuah rasa yang mengganjal setiap kali aku melihatnya. Aku adalah mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di Bandung. Dan dikampus ini lah pertama kali aku melihatnya. Berdiri diatas sana dengan gagahnya. Walaupun jarak kita terbentang 2 tahun tapi tak menyulitkan ku untuk bertemu dengannya. Bertemu? Mungkin itu bukan kata-kata yang tepat karena ia tak sama sekali mengenalku. Aku hanya bisa mengamatinya dari jauh. Untuk berbagai alasan mungkin harus ku akui bahwa aku kagum.
Tak sulit jika aku ingin bertemu dengannya, karena ia adalah salah satu kaka tingkat yang akan selalu terpampang wajahnya saat masa ospek jurusan atau yang sering kita sebut kaderisasi. Kaderisasi periode pertama ini mungkin sudah kulalui dengan indah. Mengapa tidak? Kalau bukan berkat kaderisasi ini tidak mungkin aku bisa mendapatkan kontaknya dan bahkan foto bareng. Tugas yang diberikan oleh ketua kaderisasi itu membuat aku bisa sedikit dikenal olehnya. Mungkin. Tapi tak hanya sampai situ. Tepat dihari ketiga kaderisasi periode pertama itu ada salah satu tugas yang mengharuskan ku untuk menuliskan sebuah “feature” untuk kaka tingkat yang aku kagumi. Ya siapa lagi. Sudah pasti nama cowok itu lah yang terpampang nantinya di feature ku.

Deadliner sejati! Itulah aku. Ku raih pulpen dan kertas di depan mataku tepat 8jam sebelum tugas itu dikumpulkan. Ku tulis kata perkata hingga akhirnya feature itu selesai. 

Entah apa motivasi temanku sehingga ketika pembacaan feature secara acak pagi itu ia meneriakkan namaku sehingga mau tak mau aku harus membacakannya di depan lebih dari 100 pasang mata itu. Membuat aliran darah ini rasanya ingin berhenti karena malu. Aku baca kata demi kata dengan diiringi sorak sorak peserta dan mentor lain yang mendengarnya. Sudah habis pagi ini muka ku memerah akibat sindiran-sindiran menggoda yang sengaja mereka lontarkan padaku. Ah sudah lah. ‘baca dan lupakan’ fikirku. 

Sampailah kita pada hari terakhir masa kaderisasi periode pertama. Membuatku sedikit bernafas lega karena sepertinya hari ini tidak akan menjadi hari yang memalukan seperti hari ketiga. Aku bisa yakinkan itu karena Rundown acara tersebut hanya berisi pemutaran film dan pentas seni. Sampai pada saatnya tiba-tiba terjadi kesalahan teknis pada multimedia yang mengharuskan panitia untuk memberikan selingan agar peserta tak jenuh sembari menunggu waktu.

Aku melihatnya. Ya! Cowok itu. Yang aku kagumi saat pertama kali aku melihatnya berbicara di depan sana. Dan siapa lagi. Yang namanya terpampang jelas di feature-ku. Seketika jantungku berhenti berdetak saat ia maju ke depan sana dan berbicara,

“perhatian.. saya akan membacakan salah satu feature teman kalian yang katanya dipilihkan oleh mentor sebagai feature terbaik yg dituliskan untuk saya” 

*MAMPUS!*
‘itu pasti bukan punya gue, kan kemarin udah dibacain, masa iya dibacain dua kali’ ujarku dalam hati untuk menghibur kepanikan ini.

“karna disini ga ada judulnya mungkin saya langsung bacain aja ya.. tapi buat orang yang menulis nanti harus maju ke depan”

*PIAS*
Aku mulai merubah posisi duduk ku dengan tak tenang ketika teringat bahwa feature-ku pun tak berjudul.

“Setitik putih akan selalu terlihat diantara hitam walupun kecil, begitu juga dengan dirinya bla bla bla bla bla.........”

*MATI GUE! ITU BENER-BENER FEATURE GUE!*

 Seketika aku menyembunyikan mukaku yang tak tahu harus ditaruh dimana seiring alunan kata demi kata dalam tulisan itu yang ia bacakan. Aku mungkin tipikal orang yang cuek dan tidak peduli dengan apa itu ‘malu’. Tapi untuk hal ini entah mengapa berbanding terbalik. Semakin ramai ruangan itu oleh teriakan teriakan usil yang ditujukan kepadaku. Pasrah. Aku hanya diam dan menunggu apa selanjutnya yang terjadi.

Tak sampai 5 menit, ia pun selesai membacakannya. Namun kini muka ku mulai tak beda jauh dengan kepiting rebus saat perlahan ia berjalan kearahku dan mengajakku untuk ke depan sana. Ah tidak! Mimpi apa aku semalam??????????? Ia ulurkan tangannya namun tak segera ku jabat. Antara ‘seneng, gak nyangka, malu, nerveous, salting’ yang menjadi satu membuat setan dalam otakku berbisik ‘ambil gak yah, ambil gak yah’ namun segera aku berfikir ‘ambil aja. Kesempatan gak datang dua kali’. Ia masih menungguku menjabat tangannya. Ku tatap matanya dengan tajam untuk meyakinkan hatiku. Dan 5 kata yang ia ucapkan membuat aku takan pernah lupa seumur hidupku.

“gak mau pegang tangan aku?” 

*GILAAAA! 5 KATA YANG MEMBUAT GUE MELELEH SELELEH-LELEHNYA!!!!!! WOYYY TURUNIN GUE! LU BIKIN GUE TERBANG AMPE KEAWANG-AWANG!*

Langsung kujabat tangannya tanpa ragu dan ia menarikku ke depan sana. Bukan hanya itu.

“feature ini dibuat oleh Anggun Novitasari dari IKOM 1-B. Dan klo temen-temen mau tau, anggun ini wawancara saya via line. Dan disini tertulis kalo dia kagum. Kagum doang nih? Gak lebih? Kalo lebih juga gak apa apa” 

*SPEACHLESS! BUKAN LAGI MELELEH BANG TAPI UDAH MENCAIR INI NAMANYA*

Senang bukan kepalang yang kurasakan pada saat itu. Entah ia merasakan hal yang sama atau tidak tapi harus ku akui bahwa hari ini adalah hari yang tak mungkin aku lupakan bahkan sampai tua nanti.
And the last.... apapun persepsi yang kalian punya saat baca tulisanku diatas. Kalian harus tau bahwa ini hanyalah rasa kagum adik kepada kakaknya. Dalam arti, aku tak menyimpan harapan lebih agar dia jadi milikku. Karena untuk beberapa alasan aku tak mau itu terjadi.
 

Blog Template by YummyLolly.com // PS Brush by Pink On Head